Photobucket
Photobucket

Search Here

Custom Search

7/09/2008

10 Tempat Angker Di Jakarta


1. RUMAH PONDOK INDAH



Lokasi: Jln. Metro Pondok Indah, Jak-Sel

Fenomena: Penampakan hantu bapak-bapak dan perempuan.

Sejarah: Masih ingat ramainya pembicaraan di akhir September 2002 tentang hilangnya seorang tukang nasi goreng di depan rumah kosong ini? Kejadian ini jadi menghebohkan karena di depan rumah tersebut hanya tertinggal gerobak nasi gorengnya. Konon katanya, malam sebelum hilang tukang nasi goreng tersebut hendak mengantar nasi goreng yang dipesan oleh seorang perempuan ke dalam rumah. Namun, ia tak pernah keluar lagi. Mengenai sejarah rumah itu, konon seisi keluarga pemilik rumah ini tewas dalam peristiwa perampokan bermotif persaingan bisnis. Sejak itu, banyak orang yang lewat kerap melihat jelmaan hantu seperti hantu bapak-bapak dan hantu perempuan. Namun, akhir-akhir ini sudah tidak banyak kejadian horor yang dilaporkan terjadi di rumah ini. Bahkan beberapa waktu lalu, rumah ini sempat dijadikan tempat bermalam para tunawisma.

Testimonial: Sekitar tahun 2002, Nurdin (32), penjual gulai dan soto di sekitar Pondok Indah, mengaku pernah melihat hantu yang menyerupai bapak-bapak hilir-mudik di halaman depan rumah ini.



2. TAMAN KOTA LANGSAT, MAYESTIK



Lokasi: Di belakang pasar burung Barito Jak-Sel.

Fenomena: Kuntilanak dan genderuwo

Sejarah: Taman Langsat ini sebenarnya merupakan fasilitas olah raga dan bersantai yang cukup lengkap. Di dalamnya tumbuh pepohonan yang asri. Hanya saja, tidak banyak orang yang memanfaatkan fasilitas ini. Karena sepi, taman kota ini pun menjadi angker, terutama pada malam hari. Konon pada malam hari, warga kerap melihat kuntilanak di pohon-pohon di taman Langsat.

Testimonial: Kisah hantu dan orang-orang yang kesurupan bukan lagi barang baru bagi Ibu Rahmat (34), penjual rokok di tepi taman Langsat, yang sudah 25 tahun membuka kios rokok tersebut. Suatu ketika, tamu yang sedang kongkow di warungnya pernah pamit pada jam 1 pagi karena mengaku melihat genderuwo. Setiap kali berjaga malam, Syamsuri (21), Satpam yang telah bertugas selama 3 tahun di Taman Langsat, sering mencium bau-bau aneh dan mendengar suara-suara tertawa yang tak jelas sumbernya.



3. RUMAH KENTANG PRAPANCA



Lokasi: Jln. Dharmawangsa 9, Jak-Sel, persis di sebelah salah satu club terkemuka di daerah ini.

Fenomena: Hantu anak kecil

Sejarah: Konon, di rumah ini ada seorang anak kecil yang terjatuh ke dalam kuali yang sedang digunakan untuk merebus kentang. Apabila Anda sedang 'mujur' dan lewat di depan rumahnya, Anda dapat mencium aroma kentang rebus dan mendengar suara anak kecil menangis.

Testimonial: Agip (24) sudah menjaga kios rokok di depan rumah ini sejak tahun 1997. Agip mengaku sering mencium aroma kentang rebus, terutama menjelang malam, meskipun rumah kosong ini sempat ramai karena disewa oleh ekspatriat.



4. LINTASAN KERETA BINTARO



Lokasi: Bintaro, Jakarta Selatan

Fenomena: Makhluk menyeramkan korban tabrakan kereta

Sejarah: Pada 19 Oktober 1987, terjadi kecelakaan kereta yang menewaskan ratusan orang di dekat Stasiun Sudimara, Bintaro. Di lintasannya sendiri juga sudah berulang kali terjadi kecelakaan yang memakan korban nyawa. Konon, lintasan ini dianggap angker karena sering terdengar suara orang menangis dan menjerit.

Testimonial: Imam (31), teknisi rel yang bekerja sejak tahun 1996. Ia pernah melihat makhluk yang wujudnya seperti orang berbalut sarung hitam. Meski kereta sudah bolak-balik lewat melindasnya, makhluk ini tak mau pergi seperti sengaja meledek. Akhirnya di rel tersebut diadakan pemotongan kerbau. Ia juga pernah bertemu makhluk serupa perempuan Belanda di zaman kolonial, dan kuntilanak melintas di rel.



5. JEMBATAN ANCOL



Lokasi: Jembatan Ancol (eks jembatan goyang), Pantai Ancol, dan daerah lain sekitar Ancol, Jak-Ut

Fenomena: Siti Ariah Si Manis Jembatan Ancol (populer dengan sebutan Maryam setelah kisahnya diangkat ke layar kaca)

Sejarah: Pada 1995, seorang pelukis di Ancol didatangi seorang perempuan yang meminta dilukis. Ketika pelukis baru menggambar setengah bagian tubuhnya, perempuan itu menghilang. Warga percaya bahwa perempuan itu adalah Si Manis Jembatan Ancol. Mitos ini sudah dimulai puluhan tahun sebelumnya. Di tahun 60-an ketika daerah Ancol masih berupa empang-empang, seorang pendayung perahu pernah bertemu dengan Si Manis. Perempuan itu naik perahu malam-malam ddan membayar pendayung tersebut dengan daun. Keterangan ini didapat dari Kostan Simatupang (65), seorang fotografer keliling di Ancol, teman dari pendayung perahu tadi.

Testimonial: Anshori (38), penjual rokok di dekat pintu keluar Ancol, mengaku pernah melihat Siti Ariah dari dekat. Ia membuka pertama kali kios rokoknya di sini pada 1990, tepatnya di samping jembatan goyang. Saat itu malam Jumat,
Anshori sedang menunggui kiosnya, agak gerimis. Sekitar pukul 1 pagi, lewat seorang perempuan. Ketika sudah agak jauh, perempuan itu berbalik arah menghampiri kios Anshori sembari tersenyum. Anshori menyapa perempuan yang dikiranya calon pembeli dagangannya itu. Jarak Anshori dengan perempuan itu kira-kira 50 cm. Menurut Anshori, perempuan itu berwajah manis, serta memakai kemeja kuning dan rok abu-abu. Setelah ditanya hendak belanja apa, perempuan itu menghilang. Meski tidak memakai pakaian serba putih, Anshori yakin perempuan itu adalah Si Manis Jembatan Ancol. Semenjak kejadian itu, Anshori merasa dagangannya kian laku dan rejekinya semakin lancar.



6. KLENDER



Lokasi: Klender, Jak-Tim

Fenomena: Makhluk korban kebakaran kerusuhan Mei 1998.

Sejarah: Saat kerusuhan Mei tahun 1998, ada salah satu pertokoan di daerah Klender yang dijarah dan dibakar massa . Kebakaran ini menyebabkan ratusan korban jiwa, di antaranya pegawai pertokoan, pengunjung, dan para penjarah.
Usai kerusuhan tersebut, dilaporkan banyak kejadian aneh, misalnya, segerombolan orang menyetop angkot di depan pertokoan, ketika sudah jalan sekitar 100 meter, semua penumpang angkot tersebut wajahnya berubah menjadi hangus. Semenjak pertokoan ini dibangun dan ramai kembali di tahun 2000, sudah tidak banyak lagi kejadian mistis di sekitarnya. Ini mungkin juga karena warga masih menghormati dan memperingati hari berkabung setiap tanggal 14 Mei. Namun demikian, menurut penuturan warga, jika Anda duduk sendiri di sebelah booth telepon koin di halaman pertokoan pada malam Jumat pukul 1 pagi, Anda akan ditemani oleh sosok lain di dekat Anda. Dahulu, sekitar 15 jenazah korban kerusuhan sempat ditampung sebelum dievakuasi di sekitar telepon umum tersebut.

Testimonial: Ali (21) warga asli Klender, pada 2002, bersama dua orang sepupunya melakukan ghost-hunting di basement salah satu pertokoan di daerah Klender. Saat itu hari Rabu malam, ia membakar kemenyan dan madat, serta membawa sesajen berupa kopi hitam. Sekitar jam 2 pagi tercium bau daging terbakar yang sangat menyengat. Tak berapa lama kemudian, muncullah dua sosok makhluk yang satu penuh darah di sekujur tubuhnya, yang satu lagi hangus terbakar dengan tubuh yang tak lengkap.



7. TEROWONGAN CASABLANCA



Lokasi: Jln. Basuki Rachmat, Jak-Tim

Fenomena: Sosok menyeberang jalan, di antaranya nenek-nenek bersama cucunya dan perempuan cantik.

Sejarah: Dibangun di atas tanah pekuburan, terowongan Casablanca terbilang angker. Menurut beberapa warga Casablanca , ketika pembongkaran kuburan tersebut, bahkan ada 1 jenazah yang masih utuh. Dari terowongan Casablanca sampai kira-kira radius 40 meter sesudahnya, banyak terjadi kecelakaan yang penyebabnya tidak masuk akal. Biasanya karena pengendara motor atau mobil melihat sesosok perempuan tiba-tiba menyeberang di hadapan kendaraannya, sehingga pengemudi kendaraan tiba-tiba banting setir dan menabrak pembatas jalan.

Menurut warga, ada baiknya ketika melewati terowongan ini, pengemudi kendaraan membunyikan klakson untuk "menyapa" penghuni terowongan. Akhir tahun 90-an, seorang laki-laki separuh baya ada yang menggantung diri dengan spanduk di sini. Jadilah tempat ini semakin angker.

Testimonial: Menurut Ibu Yati Mustofa (43), warga yang tinggal di dekat terowongan Casablanca, warga kerap mendengar suara tangisan, ketika sumber bunyi dihampiri, suara itu berpindah-pindah.



8. LUBANG BUAYA



Lokasi: Pondok Gede, Jak-Tim

Fenomena: Arwah korban G.30S dan aura penyiksaan yang masih terasa.

Sejarah: Pada 30 September 1965 , ditemukan jenazah 6 brang jenderal dan seorang letnan TNI dikubur di dalam sumur ini. Di sebelah sumur tersebut, terdapat ruang yang 7 di dalamnya terisi patung patung patung replika dan terdengar suara yang menceritakan penyiksaan terhadap ketujuh pahlawan tadi. Di sebelah ruangan tadi terdapat dua rumah lengkap dengan perabot asli. Rumah-rumah tadi disebut sebagai pos komando dan dapur umum pasukan PKI. Kemudian, dibangunlah Monumen Pancasila Sakti untuk menghormati jasa ketujuh pahlawan tadi.

Testimonial: Hartono (48), warga Lubang Buaya, sudah tak asing lagi dengan cerita penampakan di sekitar lokasi museum dan sumur. Dia banyak mempunyai teman yang bercerita pernah melihat sosok kuntilanak bila melewati daerah Lubang Buaya di malam hari. Namun dia tak pernah menyaksikan sendiri. Seorang petugas penjaga loket Sumur Maut yang tidak mau disebutkan namanya mengaku pernah mendengar suara derap sepatu boots seperti tentara yang sedang berbaris di suatu malam



9. TPU JERUK PURUT



Lokasi: Kelurahan Jeruk Purut, Jak-Sel

Fenomena: Pocong, tuyul, kuntilanak, kuntilanak-laki, and if you're lucky , Pastur Kepala Buntung.

Sejarah: Pada tahun 1986, seorang penjaga makam TPU Jeruk Purut yang sedang jaga malam melihat sesosok pastur tak berkepala melintas di antara makam. Pastur itu menenteng kepalanya sendiri dan di belakangnya, ikut seekor anjing. Konon, pastur ini "salah pulang". Ia mencari-cari makamnya yang sebenarnya berada di unit Kristen TPU Tanah Kusir, sedangkan di TPU Jeruk Purut hanya ada unit Islam. Sapri Saputra, penjaga makam yang melihat pastur kepala buntung itu, hingga kini masih menjaga makam dan dianggap kuncen atau orang yang dituakan di TPU Jeruk Purut. Kesaksian Bapak Sapri ini kemudian menyebar luas se-Jakarta dan hingga kini "Sang Pastur Kepala Buntung" menjadi legenda horor di Jeruk Purut. Konon, jika Anda ingin menemui pastur legendaris ini, Anda harus datang pada malam Jumat dengan jumlah ganjil (sendiri atau bertiga).

Testimonial: Sejak kecil, Asmari (34), juniornya Bapak Sapri, telah terbiasa tinggal di areal pemakaman Jeruk Purut. Ayahnya adalah pegawai Pemda
yang bekerja di sana . Semenjak lulus SD (1986), Asmari menjadi pengurus makam non-karyawan TPU Jeruk Purut mengikuti jejak ayahnya. Menurut Asmari, pengalaman bertemu dengan makhluk-makhluk gaib merupakan hal yang biasa baginya; mulai dari pocong, tuyul, kuntilanak, kuntilanak laki, dan lain-lain. Akan tetapi, hingga saat ini dia belum pernah bertemu dengan Sang Pastur Kepala Buntung. "Yang paling jahil itu kuntilanak-laki, " tutur Asmari.
Ketika sedang ronda, Asmari pernah ditimpuki kerikil dari atas pohon melinjo oleh makhluk ini. Tapi, dari semua pengalaman Asmari bertemu dengan makhluk gaib, yang paling menarik adalah ketika bertemu dengan tuyul. Pada suatu hari menjelang malam di tahun 1986, Asmari hendak pulang ke rumah bersama ayahnya.

Mereka melihat seorang anak kecil telanjang bulat berlarian di antara makam sambil tertawa-tawa. Anak itu lalu berteriak meminta uang pada Asmari. Asmari heran karena anak itu tak dikenalnya, sementara ia mengenal semua penduduk di kampung belakang Jeruk Purut. Dulu memang hanya ada satu kampung yang penduduknya tidak terlalu banyak. Ketika ditanya latar belakangnya, anak kecil ini malah lari ke dalam keramat, sebuah rumah makam tradisional Betawi. Asmari mengikutinya hingga ke dalam keramat dan, bisa ditebak, anak itu menghilang.



10. RS DI JALAN SALEMBA



Lokasi: RS di Jln. Salemba, Jak-Pus

Fenomena: Suster ngesot

Sejarah: Konon di sinilah asal-usul Suster Ngesot. Selai itu, banyak juga kasus penampakan yang terjadi di bangunan rumah sakit yang cukup tua ini.

Testimonial: Menurut petugas Secure Parking yang tidak mau disebutkan namanya, setiap malam sekitar pukul 2 pagi, sering ada yang mengetuk pos pintu masuk yang terletak di dekat rumah duka. Namun ketika dicek, tidak ada siapa-siapa. Di UGD sering terdengar bunyi orang main air, ketika dicek juga tidak ada siapa-siapa. Para satpam yang berjaga malam pernah menemui sosok perempuan. Ketika melihat sosok ini, mereka seperti tersihir dan tidak bisa berteriak atau lari hingga perempuan ini lewat.

7/04/2008

Duduk di Meja Makan atau Menjadi Menunya?


Mungkin anda pernah mendengar ungkapan berikut ini:
"If you are not in the table, you will be in the menu."


Jika anda tidak duduk dimeja makan, maka anda akan menjadi menunya.
Tentu kita sepakat bahwa lebih baik duduk dimeja makan daripada menjadi menunya, bukan? Namun, namanya juga ungkapan; tentu bukan pesan harfiahnya yang perlu kita perhatikan. Melainkan `makna sesungguhnya' dari pesan itu. Jadi, apa sih sesungguhnya pesan yang ingin disampaikan ungkapan itu?

Kira-kira demikian; didalam dunia yang penuh persaingan ini, kita tidak bisa tinggal diam - menunggu seseorang melakukan sesuatu untuk kita. Kita sendirilah yang harus mengambil tanggungjawab itu. Karena, jika kita diam saja; maka kita ini tidak ubahnya seperti menu makanan yang terbaring pasrah dimeja makan. Ingat nasib menu dimeja makan? Tentu. Sebentar lagi dia akan dikunyah. Ditelan. Dan dua belas jam kemudian akan dibuang dalam bentuk yang anda tidak ingin melihatnya. Dengan kata lain, jika kita berdiam diri saja; pihak lain akan mengambil manfaat yang bertebaran disekitar kita. Sementara mereka menjadi sejahtera; kita hanya bisa menjadi objeknya saja. Kita tidak ingin mengalami hal sedemikian, bukan?

Pagi itu saya bermaksud untuk menikmati sarapan. Saya memilih untuk menyantap soup berisi sayuran. Asyiknya, saya boleh memilih jenis sayuran apa yang hendak diramu dalam soup itu. Meletakkannya dalam mangkuk. Lalu menyerahkannya kepada sang koki yang dengan sigap akan memasakkan soup itu hanya dalam 3 menit saja. Pagi itu, gerakan saya agak terhenti, karena sayur favorit saya tidak ada. Lalu, saya bertanya;

"Wah, tauge-nya tidak ada ya Pak?"

Si koki tersenyum lalu menjawab:

"Maaf Pak, taugenya sedang kosong…." katanya.

Tanpa sayuran yang banyak mengandung vitamin E itu, saya merasa soup itu kurang lengkap. Tapi, mau bagaimana lagi? Akhirnya saya menerima saja keadaan itu. Sesaat setelah saya menyerahkan mangkuk berisi sayuran pilihan itu, sang koki berkata.

"Sebenarnya ada sih taugenya Pak…," katanya.

Dahi saya mengerut. Sambil berbisik didalam hati; `maksud anda….?'

"Tapi," koki tersebut meneruskan "hanya tauge lokal, Pak.." katanya.


"Tauge lokal bagaimana?" saya bertanya.

"Iya, Pak, lokal. Bukan tauge import."

Bisakah anda membayangkan itu? Seorang koki berkebangsaan Indonesia. Bekerja di hotel berbintang lima yang berlokasi di Indonesia. Melayani klien yang berbahasa Indonesia. Merasa menyesal untuk memberikan tauge hasil kerja keras petani Indonesia.

Bagi saya, kenyataan ini cukup memilukan. Karena, ini menunjukkan bahwa sikap inferioritas kita sudah sedemikian kronisnya sehingga untuk urusan barang senilai tauge pun kita tidak memiliki kepercayaan diri yang cukup. Dengan ungkapan diatas itu, sesungguhnya saya ingin menekankan kepada diri saya sendiri tentang betapa pentingnya untuk bersikap proaktif, dan berani mengambil resiko untuk melakukan sesuatu bagi diri sendiri.

Bukan berdiam diri saja sambil menyerah pasrah atas tindakan apa saja yang akan orang lain timpakan pada diri saya. Jadi, lebih baik duduk dimeja makan daripada menjadi menu yang tersaji diatas meja makan itu. Tetapi, kejadian dipagi itu, menjadikan mata saya terbuka lebar, bahwa; bangsa ini sedang mengalami krisis yang begitu kritis dimana jangankan untuk duduk dimeja makan, bahkan untuk 'menjadi menu diatas meja makan itu pun' ternyata tidak memiliki cukup nyali.

Jujur saja. Saya sedih. Sedih sebagai anak bangsa. Sedih sebagai anak petani. Dan sedih sebagai anak manusia yang sangat menyukai tauge. Tetapi, kesedihan tidak boleh dibiarkan berlarut-larut, katanya bukan? Baiklah. Jika demikian, hikmah apa yang bisa kita bawa pulang? Mari kita camkan hal berikut ini:

'Jangankan untuk duduk dimeja makan, untuk menjadi menu yang tersaji dimeja makan pun dibutuhkan perjuangan yang tidak ringan'.

Sehingga, kita tidak mempunyai pilihan lain, selain menjadi yang terbaik dikelasnya. Jika kita ini adalah seorang tauge, maka menjadi tauge yang terbaik dibandingkan dengan para tauge lainnya adalah satu-satunya kondisi yang bisa menjadikan kita terpilih sebagai tauge pertama yang diberi kesempatan untuk menghiasi meja makan. Sebab, jika kualitas kita tidak cukup bagus – apakah itu karena persepsi orang lain, atau memang kenyataannya kita ini tauge jelek; maka tidaklah ada gunanya kita berharap bahwa seseorang akan memilih tauge dari jenis diri kita untuk menjadi bagian dari masakan prestisius yang disajikan seorang koki restoran.

Jadi? Jadi, ini bukan saatnya bagi kita untuk bermanja-manja, ya? Bahkan, bekerja dan berusaha saja tidaklah cukup rupanya. Jaman dahulu kala; mungkin kita bisa bilang 'sudah saya kerjakan'. Tapi sekarang, itu tidak lagi cukup. Anda bekerja. Saya bekerja. Mereka bekerja. Siapa yang pekerjaannya lebih baik? Dialah yang mendapatkan kesempatan. Sedangkan yang lain? Maaf, anda harus mengantri dalam waiting list.

Jika orang lain masih ada; maka anda tidak akan kami pakai.
Jika orang lain selamanya ada, maka anda selamanya akan terbengkalai.
Jika orang lain terus menerus lebih baik dari anda, maka anda akan terus menerus pula terlunta-lunta.

Oleh karena itu, sekarang kita mesti lebih sadar bahwa merasa berpuas diri itu bisa membahayakan. Ini sama sekali tidak berhubungan dengan keserakahan. Karena, konteks yang tengah kita bahas adalah tentang mengimbangi dunia yang penuh persaingan. Jika kompetitor kita lebih baik; mengapa kita masih merasa yakin bahwa seseorang masih akan mempertahankan kita? Jika ada pekerja yang lebih baik dari kita, mengapa kita masih mengira bahwa perusahaan akan terus mempekerjakan kita?

Padahal, kita semua sudah tahu bahwa perusahaan manapun tidak ada yang mau berkompromi dengan pegawai yang tidak memiliki daya saing. Bahkan, kenyataannya sekalipun orang-orang itu berkualitas tinggi; tidak jarang kena pengurangan juga.

Coba saja perhatikan; banyak perusahaan besar yang akhir-akhir ini mengurangi jumlah karyawannya. Dan banyak petunjuk yang membuktikan bahwa itu tidak semata-mata dilakukan karena karyawannya kurang berkualitas. Memang, ada diantara mereka yang kurang bagus; tetapi, pengurangan karyawan secara masal lebih banyak disebabkan karena perusahaan itu sudah tidak lagi sanggup untuk mempertahankan semuanya. Jadi, suka atau tidak, mereka melakukannya. Jika sudah demikian; apa yang bisa kita lakukan? Demo? Boleh saja. Tetapi, jika perusahaan sudah menunjukan itikad baik dengan melakukan semua kewajibannya sesuai dengan undang-undang; apakah kita masih memiliki alasan untuk melawan?

Hey, ternyata masalahnya menjadi semakin kompleks. Bahkan, menjadi orang yang bagus pun tidak dijamin terus dipekerjakan. Jadi, apa gunanya punya kualifikasi bagus jika demikian? Bukankah lebih baik santai-santai saja? Toh, sudah kerja keraspun akhirnya terhempas juga. Sungguh sebuah pemikiran yang menggoda.

Tapi hey, lihat. Berusaha untuk menjadikan diri kita memiliki daya saing itu masih jauh lebih menguntungkan. Jika perusahaan kita baik-baik saja; mungkin kita bisa mendapatkan bonus yang menggiurkan. Mungkin kita akan dipromosikan. Atau, setidaknya; kita bisa diandalkan. Jika perusahaan kita terpaksa harus melakukan penghematan; mungkin kita bisa dipilih untuk tetap dipertahankan. Jika itu pun tidak bisa, mungkin perusahaan lain akan menyukai kualifikasi yang kita miliki. Tidak rugi bukan? Kalau tidak ada yang mau juga? Mungkin apa yang kita bangun dan kembangkan selama ini bisa menjadi bekal bagi kita untuk hidup mandiri. Apa bedanya?

Jadi, bagaimana pun juga. Membangun kompetensi dan kualitas tinggi itu tetap lebih menguntungkan. Bukan hanya untuk meningkatkan daya saing kita. Atau berjaga-jaga jika situasi sulit menerpa kita. Tetapi yang lebih penting lagi adalah, kita bisa menunjukkan kepada sang pemilik jiwa bahwa; kita sudah mengoptimalkan semua yang diamanahkan- Nya kepada kita.