Photobucket
Photobucket

Search Here

Custom Search

5/30/2008

1 Dollar 11 Sen Keajaiban


Sally baru berumur delapan tahun ketika dia mendengar ibu dan ayahnya sedang berbicara mengenai adik lelakinya, Georgi. Ia sedang menderita sakit yang parah dan mereka telah melakukan apapun yang bisa mereka lakukan untuk menyelamatkan jiwanya. Hanya operasi yang sangat mahal yang sekarang bisa menyelamatkan jiwa Georgi... tapi mereka tidak punya biaya untuk itu.


Sally mendengar ayahnya berbisik,

"Hanya keajaiban yang bisa menyelamatkannya sekarang."

Sally pergi ke tempat tidur dan mengambil celengan dari tempat persembunyiannya. Lalu dikeluarkannya semua isi celengan tersebut ke lantai dan menghitung secara cermat...tiga kali. Nilainya harus benar- benar tepat.

Dengan membawa uang tersebut, Sally menyelinap keluar dan pergi ke toko obat di sudut jalan. Ia menunggu dengan sabar sampai sang apoteker memberi perhatian... tapi dia terlalu sibuk dengan orang lain untuk diganggu oleh seorang anak berusia delapan tahun. Sally berusaha menarik perhatian dengan menggoyang-goyangkan kakinya, tapi gagal.
Akhirnya dia mengambil uang koin dan melemparkannya ke kaca etalase.
Berhasil !

"Apa yang kamu perlukan ?" tanya apoteker tersebut dengan suara marah.

"Saya sedang berbicara dengan saudara saya."


"Tapi, saya ingin berbicara kepadamu mengenai adik saya," Sally menjawab dengan nada yang sama.

"Dia sakit...dan saya ingin membeli keajaiban."


"Apa yang kamu katakan?," tanya sang apoteker.

"Ayah saya mengatakan hanya keajaiban yang bisa menyelamatkan jiwanya sekarang... jadi berapa harga keajaiban itu ?"

"Kami tidak menjual keajaiban, adik kecil. Saya tidak bisa menolongmu."

"Dengar, saya mempunyai uang untuk membelinya. Katakan saja berapa harganya."

Seorang pria berpakaian rapi berhenti dan bertanya,

"Keajaiban jenis apa yang dibutuhkan oleh adikmu?"


"Saya tidak tahu," jawab Sally.

Air mata mulai menetes dipipinya.

"Saya hanya tahu dia sakit parah dan mama mengatakan bahwa ia membutuhkan operasi. Tapi kedua orang tua saya tidak mampu membayarnya... tapi saya juga mempunyai uang."


"Berapa uang yang kamu punya ?" tanya pria itu lagi.

"Satu dollar dan sebelas sen," jawab Sally dengan bangga.

"dan itulah seluruh uang yang saya miliki di dunia ini."


"Wah, kebetulan sekali," kata pria itu sambil tersenyum.

"Satu dollar dan sebelas sen... harga yang tepat untuk membeli keajaiban yang dapat menolong adikmu". Dia Mengambil uang tersebut dan kemudian memegang tangan Sally sambil berkata :

"Bawalah saya kepada adikmu. Saya ingin bertemu dengannya dan juga orang tuamu."


Pria itu adalah Dr. Carlton Armstrong, seorang ahli bedah terkenal. Operasi dilakukannya tanpa biaya dan membutuhkan waktu yang tidak lama sebelum Georgi dapat kembali ke rumah dalam keadaan sehat.


Kedua orang tuanya sangat bahagia mendapatkan keajaiban tersebut.

"Operasi itu," bisik ibunya, "adalah seperti keajaiban.
Saya tidak dapat membayangkan berapa harganya".

Sally tersenyum. Dia tahu secara pasti berapa harga keajaiban tersebut...satu dollar dan sebelas sen... ditambah dengan keyakinan.

Pencuri Impian


Di sebuah kota, ada seorang gadis muda yang sangat suka menari. Kepandaiannya menari sangat terserlah dibandingkan dengan rekan-rekannya yang lain, sehinggakan dia seringkali menjadi juara dalam pelbagai pertandingan yang diadakan. Dia berfikir, dengan bakat yang dimilikinya saat ini, suatu hari nanti apabila dewasa, dia ingin menjadi penari bertaraf dunia. Dia membayangkan dirinya menari di Russia, China, Amerika, Jepang, serta ditonton oleh ribuan penonton yang memberi tepukan gemuruh kepadanya.


Suatu hari, kotanya dikunjungi seorang pakar tari yang berasal dari luar negara. Pakar ini sangatlah hebat. Dari tangan dinginnya telah banyak dilahirkan penari-penari kelas dunia. Gadis muda ini ingin sekali menari dan menunjukkan kebolehannya di depan sang pakar tersebut, malah jika boleh memperoleh kesempatan menjadi muridnya.

Akhirnya kesempatan itu datang juga. Si gadis muda berjaya menemui sang pakar di belakang panggung, seusai sebuah persembahan tari. Si gadis muda bertanya:

“Tuan, saya ingin sekali menjadi penari kelas dunia. Apakah tuan punya waktu sejenak, untuk menilai saya menari? Saya ingin tahu pendapat tuan tentang tarian saya”.

“Okey, menarilah di depan saya selama 10 menit”, jawab sang pakar.


Belum lagi 10 minit berlalu, sang pakar berdiri dari kursinya, lalu berlalu meninggalkan si gadis muda begitu saja, tanpa mengucapkan sepatah kata apa pun.

Betapa hancur si gadis muda melihat sikap sang pakar. Si gadis terus berlari keluar. Pulang ke rumah, dia menangis tersedu-sedu. Dia menjadi benci terhadap dirinya sendiri. Ternyata tarian yang selama ini dia bangga-banggakan tidak ada maknanya di hadapan sang pakar. Kemudian dia ambil sepatu tarinya, lalu dilemparkan ke dalam gudang. Sejak saat itu, dia bersumpah tidak akan menari lagi.

Puluhan tahun berlalu. Sang gadis muda kini telah menjadi ibu dengan tiga orang anak. Suaminya telah meninggal. Dan untuk menghidupi keluarganya, dia bekerja menjadi pelayan di sebuah kedai di sudut jalan.

Suatu hari, ada sebuah persembahan tari yang diadakan di kota itu. Nampak sang pakar berada di antara para menari muda di belakang panggung. Sang pakar nampak tua, dengan rambutnya yang sudah putih. Si ibu muda dengan tiga anaknya juga datang ke persembahan tari tersebut. Selesai acara, ibu ini membawa ketiga anaknya ke belakang panggung, mencari sang pakar, dan memperkenalkan ketiga anaknya kepada sang pakar.

Sang pakar masih mengenali ibu muda ini, dan kemudian mereka bercerita secara akrab. Si ibu bertanya,

“Tuan, ada satu pertanyaan yang tersimpan di hati saya iaitu tentang penampilan saya sewaktu menari di hadapan tuan bertahun-tahun yang silam. Sebegitu buruknya kah penampilan saya saat itu, sehingga tuan terus pergi meninggalkan saya begitu saja, tanpa berkata sepatah pun?”


“Oh ya, saya ingat peristiwa itu. Terus terang, saya belum pernah melihat tarian seindah yang kamu lakukan waktu itu. Saya rasa kamu akan menjadi penari kelas dunia. Saya tidak mengerti mengapa kamu tiba-tiba berhenti dari dunia tari”, jawab sang pakar.

Si ibu muda sangat terkejut mendengar jawapan sang pakar.

“Ini tidak adil”, seru si ibu muda.

“Sikap tuan telah mencuri semua impian saya. Kalau memang tarian saya bagus, mengapa tuan meninggalkan saya begitu saja ketika saya baru menari beberapa minit. Tuan seharusnya memuji saya, dan bukan mengacuhkan saya begitu saja. Jika tidak, pasti sekarang saya sudah menjadi penari bertaraf dunia. Bukan hanya menjadi pembantu kedai.”


Si pakar menjawab lagi dengan tenang

“Tidak …. tidak, saya rasa saya telah berbuat yang sepatutnya. Anda tidak semestinya minum anggur satu barel untuk membuktikan anggur itu enak. Demikian juga saya. Saya tidak harus menonton anda 10 minit untuk membuktikan tarian anda bagus. Malam itu saya sangat lelah setelah pertunjukan pentas. Maka sejenak saya tinggalkan anda, untuk mengambil kartu nama saya, dan berharap anda mau menghubungi saya lagi keesokan hari. Tapi anda sudah pergi ketika saya keluar. Dan satu hal yang perlu anda pahami, bahwa anda sepatutnya fokus pada impian anda, bukan pada ucapan atau tindakan saya.“


“Dan pujian? Kamu mengharapkan pujian? Ah, waktu itu kamu sedang belajar. Pujian itu seperti pedang bermata dua. Ada kalanya memotivasikanmu, namun boleh juga melemahkanmu. Dan faktanya saya melihat bahawa sebahagian besar pujian yang diberikan pada saat seseorang sedang belajar, hanya akan membuat dirinya puas dan pertumbuhannya berhenti. Oleh itu, saya lebih suka mengacuhkanmu, agar hal itu dapat membuatmu memajukan diri lebih cepat lagi. Lagipun, pujian itu seharusnya datang dari keinginan saya sendiri. Anda tidak sewajarnya meminta pujian dari orang lain.“

“Anda lihat, ini sebenarnya hanyalah masalah remeh. Seandainya anda pada waktu itu tidak menghiraukan apa yang terjadi dan tetap menari, mungkin hari ini anda sudah menjadi penari kelas dunia.”

"Mungkin anda sakit hati pada waktu itu, tapi sakit hati anda akan cepat hilang setelah anda berlatih kembali. Tapi sakit hati kerana penyesalan anda hari ini tidak mungkin hilang selama-lamanya.”

Aku Menangis Untuk Adikku Enam Kali


AKU dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Untuk hidup, orang tuaku bertani. Ia harus membajak tanah kering kuning dengan punggung menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda usianya dariku.

Di dusun kami, semua anak gadis membawa saputangan. Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan aku mencuri uang ayahku lima puluh sen. Ayah segera menyadari uangnya hilang. Akibatnya beliau memaksa adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya.

"Siapa yang mencuri uang itu?" beliau bertanya sedikit berteriak.

Aku diam terpaku, terlalu takut untuk berkata-kata apalagi mengaku.

Karena ayah tidak mendengar ada yang mengaku, Beliau berkata,

"Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!"


Dia mengangkat tongkat bambu itu tinggi-tinggi. Sebelum tongkat bambu itu terayun, adikku mencengkeram tangannya dan berkata,

"Ayah, aku yang mencurinya!"


Jadilah tongkat bambu panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Karena marahnya sudah memuncak, ia memukul, memukul, memukul, sampai kehabisan nafas.

Setelah itu, Beliau masih juga memarahi adikku,

"Kamu sudah belajar mencuri di rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan nanti? Kamu layak
dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!"

Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku. Meskipun tubuhnya penuh dengan luka pukul, ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Aku mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata,

"Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi."


Aku masih terus membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk mengaku.

Bertahun-tahun telah lewat, tapi kejadian tersebut masih terasa seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia delapan tahun. Aku 11 tahun. Ketika adikku lulus SMP dan diterima masuk ke SMA di kabupaten, aku diterima masuk ke sebuah universitas provinsi.

Malam itu, ayah sambil menghisap rokok tembakaunya, batang demi batang, aku mendengarnya berkata kepada ibu,

"Kedua anak kita berhasil lulus sekolah. Aku
bangga."

Ibu mengusap setitik air matanya dan menghela nafas,

"Apa gunanya keberhasilan itu? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai sekolah keduanya sekaligus?"


Saat itu juga, adikku berjalan ke hadapan ayah dan berkata,

"Ayah, aku tidak mau melanjutkan sekolah lagi, aku telah cukup membaca banyak buku."


Ayah mengayunkan tangannya memukul wajah adikku.

"Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu lemah? Saya akan menyekolahkan kalian berdua, meskipun saya mesti
mengemis di jalanan atau harus meminjam uang."

Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang sedikit membengkak, dan berkata,

"Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya,
kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini. Aku telah memutuskan untuk tidak akan meneruskan ke universitas.”

Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan hanya membawa beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Diam-diam ia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas bertulisan di atas bantalku.

"Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimmu uang," demikian isi pesan yang ditulis di kertas itu.


Aku memegang kertas dan menangis bercucuran air mata sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun dan aku 20.

Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga di universitas.

Suatu hari, ketika aku sedang belajar di kamarku teman sekamarku masuk dan memberitahukan,

"Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana."


Ada apa seorang penduduk dusun mencariku?

Aku berjalan keluar dan melihat adikku di kejauhan. Seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku bertanya,

"Mengapa kamu tidak bilang pada teman
sekamarku kamu adalah adikku?"

Dia menjawab sambil tersenyum,

"Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu aku adalah adikmu? Apa mereka tidak akan
menertawakanmu? "

Aku merasa terharu, air mataku tak terbendung lagi. Aku membersihkan debu-debu yang menempel di wajah dan tubuh adikku, dan sambil tesedak aku berkata,

"Aku
tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu. "

Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikan jepitan itu dikepalaku, dan terus menjelaskan,

"Aku melihat semua
gadis kota memakainya. Jadi aku pikir Kakak juga harus memiliki satu."

Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.

Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan seluruh rumah kelihatan bersih. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku.

"Bu, Ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk
membersihkan rumah kita!"

Tetapi kata ibuku sambil tersenyum,

"Adikmulah yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka di tangannya? Ia terluka ketika
memasang kaca jendela baru itu."

Aku masuk ke dalam kamar adikku. Melihat tubuh dan mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada luka tersayat kaca

dan membalutnya. "Sakit?" aku bertanya.

"Tidak, tidak sakit. Kakak tahu, ketika aku bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan di kakiku setiap waktu. Rasa sakit itu tidak menghentikanku bekerja dan..."

Ia berhenti karena aku membalikkan tubuhku memunggunginya. Air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.


Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Berkali-kali suamiku dan aku mengundang orangtuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau.

Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak tahu harus mengerjakan apa. Adikku juga tidak setuju.

"Kak, jagalah mertuamu saja. Aku akan menjaga ibu dan ayah di sini."


Suamiku direktur pabrik. Kami ingin adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan di pabrik itu. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai sebagai pekerja reparasi.

Suatu hari, adikku harus masuk rumah sakit karena tersengat listrik ketika memperbaiki kabel. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, aku menggerutu,

"Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, lukanya
begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami?"

Dengan wajah serius, ia membela keputusannya,

"Pikirkanlah, kakak ipar baru saja jadi direktur, dan aku hampir tidak berpendidikan. Jika aku menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan beredar?"


Mata suamiku berkaca-kaca.

"Tapi… kamu… kurang… pendidikan… juga… karena …aku!" kataku terbata-bata karena sambil menangis tersedu-sedu.

"Mengapa kita membicarakan masa lalu?" tanya adikku sambil menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.

Adikku berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun kami. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya,

"Siapa
yang paling kamu hormati dan kasihi?"

Tanpa berpikir ia menjawab, "Kakakku."

Ia melanjutkan jawaban itu dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat.

"Ketika kami bersekolah di SD yang berada di dusun yang
berbeda, setiap hari kakakku dan aku berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah.”

“Suatu hari di musim yang dingin ketika pulang sekolah, aku kehilangan satu dari dua sarung tanganku. Kakakku memberikan kepunyaannya satu. Ia hanya memakai satu saja. Ketika kami tiba di rumah, tangannya gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, aku bersumpah, selama aku masih hidup, aku akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."

Suara tepuk tangan memenuhi ruangan resepsi. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Kata-kata begitu susah keluar bibirku, "Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku."

Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.

Kekayaan, Kesuksesan, dan Kasih Sayang

Suatu ketika, ada seorang wanita yang kembali pulang ke rumah, dan ia melihat ada 3 orang pria berjanggut yang duduk di halaman depan. Wanita itu tidak mengenal mereka semua.

Wanita itu berkata:

"Aku tidak mengenal Anda, tapi aku yakin Anda semua pasti sedang lapar. Mari masuk ke dalam, aku pasti punya sesuatu untuk mengganjal perut".

Pria berjanggut itu lalu balik bertanya,

"Apakah suamimu sudah pulang?"

Wanita itu menjawab, "Belum, dia sedang keluar".

"Oh kalau begitu, kami tak ingin masuk. Kami akan menunggu sampai suami mu kembali", kata pria itu.

Di waktu senja, saat keluarga itu berkumpul, sang isteri menceritakan semua kejadian tadi. Sang suami, awalnya bingung dengan kejadian ini, lalu ia berkata pada istrinya,

"Sampaikan pada mereka, aku telah kembali, dan mereka semua boleh masuk untuk menikmati makan malam ini".

Wanita itu kemudian keluar dan mengundang mereka untuk masuk ke dalam.

"Maaf, kami semua tak bisa masuk bersama-sama" , kata pria itu hampir bersamaan.

"Lho, kenapa? tanya wanita itu karena merasa heran.

Salah seseorang pria itu berkata,

"Nama dia Kekayaan," Katanya sambil menunjuk seorang pria berjanggut di sebelahnya,

"Sedangkan yang ini bernama Kesuksesan, sambil memegang bahu pria berjanggut lainnya. Sedangkan aku sendiri bernama Kasih-sayang. Sekarang, coba tanya kepada suamimu, siapa diantara kami yang boleh masuk ke rumahmu."

Wanita itu kembali masuk kedalam, dan memberitahu pesan pria di luar. Suaminya pun merasa heran.

"Ohho...menyenangkan sekali. Baiklah, kalau begitu, coba kamu ajak si Kekayaan masuk ke dalam. Aku ingin rumah ini penuh dengan Kekayaan."

Istrinya tak setuju dengan pilihan itu. Ia bertanya,

"Sayangku, kenapa kita tak mengundang si Kesuksesan saja? Sebab sepertinya kita perlu dia untuk membantu keberhasilan panen ladang pertanian kita."

Ternyata, anak mereka mendengarkan percakapan itu. Ia pun ikut mengusulkan siapa yang akan masuk ke dalam rumah.

"Bukankah lebih baik jika kita mengajak si Kasih-sayang yang masuk ke dalam? Rumah kita ini akan nyaman dan penuh dengan kehangatan Kasih-sayang."

Suami-istri itu setuju dengan pilihan buah hati mereka.

"Baiklah, ajak masuk si Kasih-sayang ini ke dalam. Dan malam ini, Si Kasih-sayang menjadi teman santap malam kita."

Wanita itu kembali ke luar, dan bertanya kepada 3 pria itu.

"Siapa diantara Anda yang bernama Kasih-sayang? Ayo, silahkan masuk, Anda menjadi tamu kita malam ini."

Si Kasih-sayang bangkit, dan berjalan menuju beranda rumah. Ohho..ternyata, kedua pria berjanggut lainnya pun ikut serta. Karena merasa ganjil, wanita itu bertanya kepada si Kekayaan dan si Kesuksesan.

"Aku hanya mengundang si Kasih-sayang yang masuk ke dalam, tapi kenapa kamu ikut juga?”

Kedua pria yang ditanya itu menjawab bersamaan.

"Kalau Anda mengundang si Kekayaan, atau si Kesuksesan, maka yang lainnya akan tinggal di luar. Namun, karena Anda mengundang si Kasih-sayang, maka, kemana pun Kasih-sayang pergi, kami akan ikut selalu bersamanya. Dimana ada Kasih-sayang, maka kekayaan dan Kesuksesan juga akan ikut serta. Sebab, ketahuilah, sebenarnya kami berdua ini buta. Dan hanya si Kasih-sayang yang bisa melihat. Hanya dia yang bisa menunjukkan kita pada jalan kebaikan, kepada jalan yang lurus. Maka, kami butuh bimbingannya saat berjalan. Saat kami menjalani hidup ini."

5/29/2008

Surat Terakhir


Steamboat Mountain adalah pembunuh. Setiap sopir truk yang menyusuri jalan raya Alaska memperlakukannya dengan hormat, terutama di musim dingin. Tikungan dan belokan jalan di gunung itu dan tebingnya yang curam menukik tajam dari jalanan berlapis es. Tak terhitung truk dan sopir truk yang tersesat disitu dan masih banyak lagi yang diyakini akan mengikuti jejak terakhir mereka.

Dalam suatu perjalanan di jalan raya itu, aku bertemu dengan Royal Canadian Mounted Police (polisi Kanada) dan beberapa mobil derek, menarik sisa sebuah mobil menaiki tebing terjal. Aku memarkir trukku dan menghampiri sekelompok sopir truk yang diam mengawasi mobil hancur yang mulai muncul dari jurang.

Salah seorang polisi menghampiri kami dan berkata perlahan, "Saya minta maaf," katanya, "Sopirnya sudah meninggal saat kami menemukannya. Ia pasti melampaui jalan ini dua hari yang lalu waktu ada badai salju yang buruk. Tak terlihat banyak jejak. Untung kami melihat sinar matahari memantulkan logamnya." ia menggelengkan kepalanya perlahan dan merogoh saku mantelnya."Ini..., mungkin kalian sebaiknya membaca ini. Rupanya dia masih hidup beberapa jam sebelum mati kedinginan."

Aku belum pernah melihat polisi berlinangan air mata. Aku selalu menyangka mereka sudah sering melihat kematian dan kesusahan sehingga mereka sudah kebal. Tapi ia menghapus air mata saat ia menyerahkan surat itu kepadaku. Selagi aku membacanya, aku mulai menangis. semua sopir terdiam membaca kata-kata, lalu berjalan kembali ke truknya masing-masing. Kata-kata itu terpatri dalam ingatanku, dan sekarang, bertahun-tahun kemudian, surat itu masih terlihat jelas seakan aku memegangnya di hadapanku. Aku ingin berbagi yang diceritakan surat itu dengan Anda dan keluarga Anda.

...Desember 1974, Istriku yang tercinta,
Tak ada orang yang ingin menulis surat seperti ini, tapi aku cukup beruntung memiliki kesempatan untuk mengatakan apa yang sering lupa kukatakan. Aku mencintaimu, Sayang. Kamu sering berkelakar bahwa aku lebih mencintai truk daripada kamu karena aku lebih banyak menghabiskan waktu dengannya. Aku memang mencintai mesin ini -- ia baik padaku. Ia menemaniku dalam masa sulit dan tempat yang sulit. Aku selalu dapat mengandalkannya dalam perjalanan panjang dan ia dapat melaju cepat. Ia tak pernah mengecewakanku. Tapi, tahu tidak ? Aku mencintaimu karena alasan yang sama. Kamu juga selalu menemaniku dalam waktu yang sulit dan tempat yang sulit.

Ingat truk kita yang pertama? Truk rongsokan yang selalu membuat kita bangkrut, tapi yang selalu mengumpulkan cukup uang untuk kita makan? Kamu harus mencari pekerjaan supaya kita dapat membayar sewa rumah dan bon tagihan. Setiap sen yang kuhasilkan dipakai untuk truk, sementara uangmu memberi kita makanan dan atap untuk bernaung.

Aku ingat aku pernah mengeluhkan truk itu, tapi aku tak pernah meminta uang darimu untuk pergi lagi. Seandainya pun kamu mengeluh, mungkin aku tak mendengarnya. Aku terlau terlena oleh masalahku sendiri sehingga tak pernah memikirkan masalahmu. Aku memikirkannya sekarang, semua yang kau korbankan untukku. Pakaian, liburan, pesta, teman. Kamu tak pernah mengeluh dan entah bagaimana aku tak pernah ingat untuk berterima kasih padamu untuk menjadi dirimu.

Saat aku duduk minum kopi bersama teman-teman, aku selalu membicarakan trukku, kendaraanku, pembayaranku. Rupanya aku lupa bahwa kamu adalah mitraku meskipun kamu tak berada bersamaku. Pengorbanan dan keteguhan hati dari pihakku dan dari pihakmu jugalah yang akhirnya membelikan kita truk baru. Aku begitu bangga dengan truk itu hingga rasanya seperti ingin meledak. Aku bangga akan dirimu juga, tapi aku tak pernah mengatakannya. Aku menganggap kamu pasti sudah tahu, tapi andai aku melewatkan waktu untuk mengatakannya. bertahun-tahun selama aku mendera aspal, aku selalu tahu doamu mengiringiku. Tapi kali ini doa ini tidak cukup. Aku cedera parah.

Ini perjalananku yang terakhir dan aku ingin mengatakan semua yang seharusnya kukatakan sebelumnya. Hal yang terlupakan karena aku terlalu sibuk dengan truk dan pekerjaan. Aku memikirkan ulang tahunmu dan ulang tahun pernikahan kita yang terlupakan. Drama sekolah dan pertandingan hoki yang kau hadiri sendirian karena aku sedang dijalanan.Aku memikirkan malam-malam sepi yang kau lewatkan seorang diri, bertanya-tanya di mana aku berada dan bagaimana keadaanku. Aku memikirkan semua saat aku ingin menelponmu hanya untuk menyapa tapi tak pernah jadi. Aku memikirkan perasaanku yang damai karena tahu kamu berada di rumah bersama anak-anak menungguku. Tiap kali ada makan malam keluarga, kau selalu harus menghabiskan seluruh waktumu untuk menjelaskan kepada orang tuamu mengapa aku tidak hadir. Aku sibuk mengganti oli; aku sibuk mencari onderdil; aku sedang tidur karena harus berangkat pagi-pagi esoknya.Selalu ada alasan, tapi sekarang rasanya alasan itu tak begitu penting.

Waktu kita menikah, kamu tak tahu cara mengganti lampu. Tapi, setelah beberapa tahun, kamu mampu memperbaiki perapian selagi badai, sementara aku menunggu muatan di Florida. Kamu menjadi montir yang cukup baik, membantuku memperbaiki, dan aku bangga sekali akan dirimu waktu kamu harus melompat ke dalam truk dan mundur melindas semak mawar. Aku bangga akan dirimu saat aku masuk ke halaman dan melihatmu tidur di mobil menungguku.]

Apakah itu jam dua subuh atau jam dua siang, kamu selalu kelihatan seperti seorang bintang film bagiku. Kamu cantik sekali. Mungkin aku tak mngatakannya akhir-akhir ini, tapi kamu memang cantik. Aku banyak berbuat kesalahan dalam hidupku, tapi seandainya aku pernah mengambil satu keputusan bagus, itu adalah saat aku melamarmu.

Kamu tak akan pernah bisa mengerti apa yang membuatku terus mengemudikan truk. Aku juga tak mengerti, tapi itulah cara hidupku. Masa susah, masa senang, kamu selalu ada. Aku mencintaimu, sayang, dan aku mencintai anak-anak. Tubuhku sakit, tapi hatiku jauh lebih sakit. Kamu tak akan hadir saat aku mengakhiri perjalan ini.

Untuk pertama kalinya sejak kita bersama, aku benar-benar sendirian dan aku takut.

Aku sangat membutuhkanmu, dan aku tahu sudah terlambat. Lucu juga ya, tapi yang kumiliki sekarang adalah truk ini. Truk terkutuk ini yang mengatur hidup kita begitu lama. Baja rongsok tempatku hidup selama bertahun-tahun. Tapi truk ini tak dapat membalas cintaku. Hanya kamu yang bisa. Kamu beribu mil jauhnya, tapi aku merasakan dirimu bersamaku disini. Aku dapat melihat wajahmu dan merasakan cintamu dan aku takut melakukan perjalanan terakhir ini sendirian. Katakanlah pada anak-anak bahwa aku sangat mencintai mereka dan jangan izinkan mereka bekerja sebagai supir truk. Mungkin cuma itu, Manis. Ya Tuhan, aku betul-betul mencintaimu. Jagalah dirimu dan ingatlah selalu bahwa aku mencintaimu melebihi segala yang ada dalam hidup ini. Aku cuma lupa mengatakannya.

Aku mencintaimu,

BILL

Ketika Wanita Menangis


Jika seorang wanita menangis dihadapanmu,
Itu berarti dia tak dapat menahannya lagi.

Jika kamu memegang tangannya saat dia menangis,
Dia akan tinggal bersamamu sepanjang hidupmu.

Jika kamu membiarkannya pergi,
Dia tidak akan pernah kembali lagi menjadi dirinya yang dulu.
Selamanya... .

Seorang wanita tidak akan menangis dengan mudah,
Kecuali didepan orang yang amat dia sayangi. Dia menjadi lemah.

Seorang wanita tidak akan menangis dengan mudah,
Hanya jika dia sangat menyayangimu, Dia akan menurunkan rasa egoisnya.

Lelaki, jika seorang wanita pernah menangis karena mu,
Tolong pegang tangannya dengan pengertian.
Dia adalah orang yang akan tetap bersamamu sepanjang hidupmu.

Lelaki, jika seorang wanita menangis karenamu.
Tolong jangan menyia-nyiakannya.
Mungkin karena keputusanmu, kau merusak kehidupannya.

Saat dia menangis didepanmu, Saat dia menangis karenamu,
Lihatlah matanya....
Dapatkah kau lihat dan rasakan sakit yang dirasakannya?

Pikirkan....
Wanita mana lagikah yang akan menangis dengan murni, penuh rasa sayang,
Didepanmu dan karenamu.... ..

Dia menangis bukan karena dia lemah
Dia menangis bukan karena dia menginginkan simpati atau rasa kasihan

Dia menangis,
Karena menangis dengan diam-diam
tidaklah memungkinkan lagi.

Lelaki
Pikirkanlah tentang hal itu

Jika seorang wanita menangisi hatinya untukmu,
Dan semuanya karena dirimu.

Inilah waktunya untuk melihat apa yang telah kau lakukan untuknya,
Hanya kau yang tahu jawabannya.. ..

Pertimbangkanlah

Karena suatu hari nanti
Mungkin akan terlambat untuk menyesal,
Mungkin akan terlambat untuk bilang 'MAAF'!!

Karena Kau Tulang Rusukku


Sebuah senja yang sempurna, sepotong donat, dan lagu cinta yang lembut. Adakah yang lebih indah dari itu, bagi sepasang manusia yang memadu kasih? Raka dan Dara duduk di punggung senja itu, berpotong percakapan lewat, beratus tawa timpas, lalu Dara pun memulai meminta kepastian. ya, tentang cinta.

Dara : Siapa yang paling kamu cintai di dunia ini?

Raka : Kamu dong?

Dara : Menurut kamu, aku ini siapa?

Raka : (Berpikir sejenak, lalu menatap Dara dengan pasti) Kamu tulang rusukku! Ada tertulis, Tuhan melihat bahwa Adam kesepian. Saat Adam tidur, Tuhan mengambil rusuk dari Adam dan menciptakan Hawa. Semua pria mencari tulang rusuknya yang hilang dan saat menemukan wanita untuknya, tidak lagi merasakan sakit di hati."

Setelah menikah, Dara dan Raka mengalami masa yang indah dan manis untuk sesaat. Setelah itu, pasangan muda ini mulai tenggelam dalam kesibukan masing-masing dan kepenatan hidup yang kain mendera. Hidup mereka menjadi membosankan. Kenyataan hidup yang kejam membuat mereka mulai menyisihkan impian dan cinta satu sama lain. Mereka mulai bertengkar dan pertengkaran itu mulai menjadi semakin panas. Pada suatu hari, pada akhir sebuah pertengkaran, Dara lari keluar rumah. Saat tiba di seberang jalan, dia berteriak,

"Kamu nggak cinta lagi sama aku!"

Raka sangat membenci ketidakdewasaan Dara dan secara spontan balik berteriak,


"Aku menyesal kita menikah! Kamu ternyata bukan tulang rusukku!"

Tiba-tiba Dara menjadi terdiam,


Berdiri terpaku untuk beberapa saat. Matanya basah. Ia menatap Raka, seakan tak percaya pada apa yang telah dia dengar. Raka menyesal akan apa yang sudah dia ucapkan. Tetapi seperti air yang telah tertumpah, ucapan itu tidak mungkin untuk diambil kembali. Dengan berlinang air mata, Dara kembali ke rumah dan mengambil barang-barangnya, bertekad untuk berpisah.

"Kalau aku bukan tulang rusukmu, biarkan aku pergi. Biarkan kita berpisah dan mencari pasangan sejati masing-masing."


Lima tahun berlalu. Raka tidak menikah lagi, tetapi berusaha mencari tahu akan kehidupan Dara. Dara pernah ke luar negeri, menikah dengan orang asing, bercerai, dan kini kembali ke kota semula. Dan Raka yang tahu semua informasi tentang Dara, merasa kecewa, karena dia tak pernah diberi kesempatan untuk kembali, Dara tak menunggunya. Dan di tengah malam yang sunyi, saat Raka meminum kopinya, ia merasakan ada yang sakit di dadanya. Tapi dia tidak sanggup mengakui bahwa dia merindukan Dara. Suatu hari, mereka akhirnya kembali bertemu. Di airport, di tempat ketika banyak terjadi pertemuan dan perpisahan, mereka dipisahkan hanya oleh sebuah dinding pembatas, mata mereka tak saling mau lepas.

Raka : Apa kabar?

Dara : Baik... ngg.., apakah kamu sudah menemukan rusukmu yang hilang?

Raka : Belum.

Dara : Aku terbang ke New York dengan penerbangan berikut.

Raka : Aku akan kembali 2 minggu lagi. Telpon aku kalau kamu sempat. Kamu tahu nomor telepon kita, belum ada yang berubah. Tidak akan ada yang berubah."

Dara tersenyum manis, lalu berlalu.

"Good bye...."

Seminggu kemudian, Raka mendengar bahwa Dara mengalami kecelakaan, mati. Malam itu, sekali lagi, Raka mereguk kopinya dan kembali merasakan sakit di dadanya. Akhirnya dia sadar bahwa sakit itu adalah karena Dara, tulang rusuknya sendiri, yang telah dengan bodohnya dia patahkan.

***

"Kita seringkali melampiaskan 99% kemarahan justru kepada orang yang paling kita cintai. Dan akibatnya seringkali adalah fatal"

10 Ciri-Ciri Wanita Yang Dicari Pria.


Nggak cukup cantik dan seksi saja untuk membuat pria tergila-gila.


Walau awalnya bahagia, lama-lama pria juga akan bosan punya kekasih cantik dan seksi namun tak bisa diajak bicara. Wanita semacam ini hanya untuk dikagumi, namun tak akan duduk di urutan pertama wanita yang akan diincar untuk menjadi pasangan hidup.

Dihitung secara mundur .

10. Wanita yang Mandiri
Tak ada seorang pria pun yang ingin menjadi baby sitter untuk pacarnya. Pria lebih suka wanita yang mandiri bahkan bisa bekerja dan memenuhi kebutuhan hidupnya dengan usahanya sendiri. Ia justru akan meminjamkan bahunya ketika sang pria membutuhkan. Namun walau semandiri apapun, pria juga selalu ingin merasa dibutuhkan.

Boleh saja bergantung pada pria tapi jangan keterlaluan. Sesekali Anda boleh kok manja dan minta tolong tapi jika terlalu bergantung bisa-bisa dia kabur. Selain itu, seorang wanita yang mandiri biasanya amat sangat bisa diandalkan. Ia bisa mengatur sendiri hidupnya dengan baik dari sisi finansial ataupun emosional. Ia pun bisa menikmati waktu jauh dari Anda walaupun rasa rindu itu tak bisa tertahankan.

9.Wanita yang Cerdas
Seorang wanita yang cerdas punya berbagai cara agar membuat pria tidak merasa bosan ketika berada di dekatnya. Ia akan selalu memberikan kejutan kecil yang mungkin tak pernah Anda duga. Seorang wanita yang cerdas tentunya juga memiliki wawasan yang luas di luar masalah kecantikan dan model baju terbaru. Para pria tentunya akan sangat senang jika memiliki lawan bicara yang bisa merespon dengan baik topik yang dibicarakan.

8.Wanita yang Satu Hati soal Seks
Seks bisa menjadi masalah yang paling penting dewasa ini. Ketidakcocokan masalah seks bisa jadi problem yang mengganjal dalam hubungan Anda. Seorang pacar yang hebat sedikitnya mengerti selera seksual kekasihnya. Tidak harus secara keseluruhan dan menuruti semua hasrat sang kekasih. Tapi setidaknya mengerti, berkomunikasi secara terbuka dan bisa mengimbangi serta mengendalikan ke hal yang positif.

7. Wanita yang Cantik
Mungkin ini adalah hal yang biasa, tapi juga penting. Layaknya istri, pacar yang hebat juga pastinya ingin selalu terlihat cantik di mata kekasihnya. Bukan hanya untuk Anda setidaknya untuk dirinya sendiri. Ia selalu berusaha untuk tampil sebaik mungkin. Ingat, cantik bukan berarti ia harus berdandan bak model dunia. Yang penting bersih, serasi dan sesuai dengan kondisi.

6. Wanita yang Menghormati Kekasihnya
Ini hal yang penting. Pria senang punya pacar yang menghormati dan menghargainya sebagai lelaki. Intinya, dia adalah wanita yang selalu mendengarkan Anda walaupun ia tak selalu setuju dengan pendapat dan pemikiran Anda. Dan tentunya ia juga tak pernah lelah berada disisi Anda ketika saling membutuhkan. Pacar yang baik tak akan melecehkan atau membuat Anda malu di depan teman-teman ataupun keluarga dan selalu membicarakan masalah pribadi hanya untuk kalian berdua saja.

5. Wanita yang Menghargai Kepribadian Kekasihnya
Secara tak sadar kadang sifat pria berubah sesuai dengan keinginan kekasihnya. Sifat-sifat dan kebiasaan ala lelaki menjadi berkurang atau hilang sama sekali karena perintah sang pacar. Nah, kekasih semacam ini biasanya akan dihindari pria. Walau cinta mati pada kekasihnya, seorang lelaki tetap merasa perlu waktu untuk berkumpul dengan teman-teman lelakinya.

Pria dan Wanita punya kebiasaan masing-masing yang sangat berbeda. Hargai perbedaan masing-masing dan berikan waktu untuk kehidupan lain di luar kisah asmara Anda.Kekasih yang dengan penuh pengertian memberika waktu bahkan mendukung jika kekasihnya hang-out bersama teman-temannya justru membuat pria makin tergila-gila.

4. Wanita Bisa Mengontrol Emosi
Pada dasarnya semua wanita cenderung menjadi tukang ngomel. Pacar yang baik tahu kapan waktunya untuk menahan amarah dan kapan waktu yang tepat untuk mengeluarkannya. Beberapa perilaku pria kerap membuat wanita terganggu, hal ini lah yang kerap menyebabkan perselisihan. Pada kesalahan-kesalahan kecil usahakan untuk bicarakan secara baik-baik, tak perlu tensi tinggi. Pria akan lebih mudah mendengarkan wanita dalam nada yang lembut.

3. Wanita Cepat Akrab Dengan Teman dan Keluarga Kekasihnya
Pacar yang hebat tak sekadar mau membantu ibu Anda di dapur, mendengarkan cerita ayah Anda dan hang out bersama teman-teman Anda. Ia melakukan hal tersebut bukan hanya untuk menyenangkan kekasihnya, tapi benar-benar menikmati kegiatan tersebut dan melakukannya dengan sepenuh hati. Pacar yang baik sangat menghargai orang-orang yang dianggap penting oleh kekasihnya.

Dia juga tak akan meminta pria pujaan hatinya untuk menjauhi teman-teman dekatnya. Ketika teman si pria sedang patah hati, pacar yang baik akan menyarankan kekasihnya untuk mengajak sahabatnya pergi bersenang-senang. Bukti bahwa kekasih Anda demikian adalah, teman-teman Anda tak akan bersikap negatif atau terkesan berat hati jika pacar Anda akan hang-out bersama mereka.

2. Wanita yang Mencintai Sepenuh Hati
Jika Anda menemukan wanita yang mencintai Anda dengan sungguh-sungguh, apa adanya dan tanpa rekayasa sebaiknya jangan sia-siakan dia. Wanita yang tidak berusaha mengubah kekasihnya sangat sulit untuk ditemukan. Tentu saja setiap orang punya kebiasaan yang menjengkelkan tapi, jika ia mencintai Anda sepenuh hati, ia pasti akan berusaha memakluminya. Cara lain untuk mengetahui ia sangat mencintai Anda adalah coba perhatikan cara ia memandang dan memperlakukan Anda. Jika Anda tak merasakan getaran-getaran cinta sebaiknya jangan dipaksakan. Jika ia mencintai Anda, sedikit hal sepele bisa jadi penting untuknya.

1. Wanita Menjadikan Anda Pria yang Lebih Baik
Pada dasarnya setiap pria yang memiliki kekasih atau istri yang hebat akan berkata pasangannya lah yang membuatnya ingin menjadi orang yang lebih baik. Tak perlu kata-kata atau tindakan untuk membuat si pria merasa demikian. Hal tersebut terjadi begitu saja tanpa disadari.

Secara otomatis sang pria akan berusaha memperbaiki hidupnya, lebih perhatian pada adik perempuannya, berusaha mengatur hidupnya lebih baik, dan melakukan berbagai hal untuk membuat dirinya lebih baik. Secara tak sadar si pria kadang-kadang juga tak menyadari apa motivasinya melakukan itu semua. Well, itu semua pastinya karena cinta.

Catatan Harian Seorang Pramugari


Saya adalah seorang pramugari biasa dari China Airline, karena bergabung dengan perusahaan penerbangan hanya beberapa tahun dan tidak mempunyai pengalaman yang mengesankan, setiap hari hanya melayani penumpang dan melakukan pekerjaan yang monoton.


Pada tanggal 7 Juni yang lalu saya menjumpai suatu pengalaman yang membuat perubahan pandangan saya terhadap pekerjaan maupun hidup saya. Hari ini jadwal perjalanan kami adalah dari Shanghai menuju Peking, penumpang sangat penuh.

Diantara penumpang saya melihat seorang kakek dari desa, merangkul sebuah karung tua dan terlihat jelas sekali gaya desanya, pada saat itu saya yang berdiri dipintu pesawat menyambut penumpang kesan pertama dari pikiran saya ialah zaman sekarang sungguh sudah maju seorang dari desa sudah mempunyai uang untuk naik pesawat.

Ketika pesawat sudah terbang, kami mulai menyajikan minuman, ketika melewati baris ke 20, saya melihat kembali kakek tua tersebut, dia duduk dengan tegak dan kaku ditempat duduknya dengan memangku karung tua bagaikan patung.

Kami menanyakannya mau minum apa, dengan terkejut dia melambaikan tangan menolak, kami hendak membantunya meletakan karung tua diatas bagasi tempat duduk juga ditolak olehnya, lalu kami membiarkannya duduk dengan tenang, menjelang pembagian makanan kami melihat dia duduk dengan tegang ditempat duduknya, kami menawarkan makanan juga ditolak olehnya.

Akhirnya kepala pramugari dengan akrab bertanya kepadanya apakah dia sakit, dengan suara kecil dia mejawab bahwa dia hendak ke toilet tetapi dia takut apakah dipesawat boleh bergerak sembarangan, takut merusak barang didalam pesawat.

Kami menjelaskan kepadanya bahwa dia boleh bergerak sesuka hatinya dan menyuruh seorang pramugara mengantar dia ke toilet, pada saat menyajikan minuman yang kedua kali, kami melihat dia melirik ke penumpang disebelahnya dan menelan ludah, dengan tidak menanyakannya kami meletakan segelas minuman teh di meja dia, ternyata gerakan kami mengejutkannya, dengan terkejut dia mengatakan tidak usah, tidak usah.

Kami mengatakan engkau sudah haus minumlah, pada saat ini dengan spontan dari sakunya dikeluarkan segenggam uang logam yang disodorkan kepada kami, kami menjelaskan kepadanya minumannya gratis, dia tidak percaya, katanya saat dia dalam perjalanan menuju bandara, merasa haus dan meminta air kepada penjual makanan dipinggir jalan dia tidak diladeni malah diusir.

Pada saat itu kami mengetahui demi menghemat biaya perjalanan dari desa dia berjalan kaki sampai mendekati bandara baru naik mobil, karena uang yang dibawa sangat sedikit, hanya dapat meminta minunam kepada penjual makanan dipinggir jalan itupun kebanyakan ditolak dan dianggap sebagai pengemis. Setelah kami membujuk dia terakhir dia percaya dan duduk dengan tenang meminum secangkir teh, kami menawarkan makanan tetapi ditolak olehnya.

Dia menceritakan bahwa dia mempunyai dua orang putra yang sangat baik, putra sulung sudah bekerja di kota dan yang bungsu sedang kuliah ditingkat tiga di Peking.

Anak sulung yang bekerja di kota menjemput kedua orang tuanya untuk tinggal bersama di kota tetapi kedua orang tua tersebut tidak biasa tinggal dikota akhirnya pindah kembali ke desa, sekali ini orang tua tersebut hendak menjenguk putra bungsunya di Peking, anak sulungnya tidak tega orang tua tersebut naik mobil begitu jauh, sehingga membeli tiket pesawat dan menawarkan menemani bapaknya bersama-sama ke Peking, tetapi ditolak olehnya karena dianggap terlalu boros dan tiket pesawat sangat mahal dia bersikeras dapat pergi sendiri akhirnya dengan terpaksa disetujui anaknya.

Dengan merangkul sekarung penuh ubi kering yang disukai anak bungsunya, ketika melewati pemeriksaan keamanan dibandara, dia disuruh menitipkan karung tersebut ditempat bagasi tetapi dia bersikeras membawa sendiri, katanya jika ditaruh ditempat bagasi ubi tersebut akan hancur dan anaknya tidak suka makan ubi yang sudah hancur.

Akhirnya kami membujuknya meletakan karung tersebut di atas bagasi tempat duduk, akhirnya dia bersedia dengan hati-hati dia meletakan karung tersebut.

Saat dalam penerbangan kami terus menambah minuman untuknya, dia selalu membalas dengan ucapan terima kasih yang tulus, tetapi dia tetap tidak mau makan, meskipun kami mengetahui sesungguhnya dia sudah sangat lapar, saat pesawat hendak mendarat dengan suara kecil dia menanyakan saya apakah ada kantongan kecil? dan meminta saya meletakan makanannya di kantong tersebut.

Dia mengatakan bahwa dia belum pernah melihat makanan yang begitu enak, dia ingin membawa makanan tersebut untuk anaknya, kami semua sangat kaget. Menurut kami yang setiap hari melihat makanan yang begitu biasa dimata seorang desa menjadi begitu berharga.

Dengan menahan lapar disisihkan makanan tersebut demi anaknya, dengan terharu kami mengumpulkan makanan yang masih tersisa yang belum kami bagikan kepada penumpang ditaruh didalam suatu kantongan yang akan kami berikan kepada kakek tersebut, tetapi diluar dugaan dia menolak pemberian kami, dia hanya menghendaki bagian dia yang belum dimakan tidak menghendaki yang bukan miliknya sendiri, perbuatan yang tulus tersebut benar-benar membuat saya terharu dan menjadi pelajaran berharga bagi saya.

Sebenarnya kami menganggap semua hal tersebut sudah berlalu, tetapi siapa menduga pada saat semua penumpang sudah turun dari pesawat, dia yang terakhir berada di pesawat. Kami membantunya keluar dari pintu pesawat, sebelum keluar dia melakukan sesuatu hal yang sangat tidak bisa saya lupakan seumur hidup saya, yaitu dia berlutut dan menyembah kami, mengucapkan terima kasih dengan bertubi-tubi, dia mengatakan bahwa kami semua adalah orang yang paling baik yang dijumpai.

"Kami di desa hanya makan sehari sekali dan tidak pernah meminum air yang begitu manis dan makanan yang begitu enak, hari ini kalian tidak memandang hina terhadap saya dan meladeni saya dengan sangat baik, saya tidak tahu bagaimana mengucapkan terima kasih kepada kalian."

"Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian,"

dengan menyembah dan menangis dia mengucapkan perkataannya. Kami semua dengan terharu memapahnya dan menyuruh seseorang anggota yang bekerja dilapangan membantunya keluar dari lapangan terbang.


Selama 5 tahun bekerja sebagai pramugari, beragam-ragam penumpang sudah saya jumpai, yang banyak tingkah, yang cerewet dan lain-lain, tetapi belum pernah menjumpai orang yang menyembah kami, kami hanya menjalankan tugas kami dengan rutin dan tidak ada keistimewaan yang kami berikan, hanya menyajikan minuman dan makanan.

Tetapi kakek tua yang berumur 70 tahun tersebut sampai menyembah kami mengucapkan terima kasih, sambil merangkul karung tua yang berisi ubi kering dan menahan lapar menyisihkan makanannya untuk anak tercinta, dan tidak bersedia menerima makanan yang bukan bagiannya, perbuatan tersebut membuat saya sangat terharu dan menjadi pengalaman yang sangat berharga buat saya dimasa datang yaitu jangan memandang orang dari penampilan luar tetapi harus tetap menghargai setiap orang dan mensyukuri apa yang kita dapat.

Remaslah Tanganku dan Akan Kukatakan Aku Sayang Kamu


Ingatkah ketika masih kecil kamu jatuh dan terluka?
Ingatkah apa yang dilakukan ibumu untuk meringankan rasa sakit? Ibuku, Grace Rose, selalu menggendongku, membawaku ke tempat tidurnya, mendudukkan diriku, lalu mencium "aduh"-ku. Lalu ia duduk di tempat tidur di sampingku, meraih tanganku dan berkata,

"Kalau sakit, remas saja tangan
Ibu. Nanti akan kukatakan Aku sayang kamu."

Sering aku meremas tangannya, dan setiap kali, tak pernah luput, aku mendengar kata-kata, "Mary, Ibu sayang kamu." Kadang-kadang aku pura-pura sakit hanya supaya aku memperoleh ritual itu darinya. Waktu aku lebih besar, ritual itu berubah, tapi ia selalu menemukan cara untuk meringankan rasa sakit dan meningkatkan rasa senang yang kurasakan dalam berbagai bagian hidupku.

Pada hari-hari sulit di SMU, ia akan menawarkan sebatang cokelat almond Hershey kesukaannya saat aku pulang. Semasa usiaku 20-an, Ibu sering menelepon untuk menawarkan piknik makan siang spontan di Taman Eastbrook untuk sekadar merayakan hari cerah dan hangat di Wisconsin.

Kartu ucapan terima kasih yang ditulisnya sendiri tiba di kotak pos setiap kali ia dan ayahku berkunjung ke rumahku, mengingatkanku betapa istimewanya aku baginya.

Tapi ritual yang paling berkesan adalah genggamannya pada tanganku saat aku masih kecil dan berkata, "Kalau sakit, remaslah tangan Ibu dan akan kukatakan aku sayang kamu."

Suatu pagi, saat aku berusia akhir 30-an, setelah orangtuaku berkunjung pada malam sebelumnya, ayahku meneleponku di kantor. Ia selalu berwibawa dan jernih saat memberi nasehat, tapi aku mendengar rasa bingung dan panik dalam suaranya.

"Mary, ibumu sakit dan aku tak tahu harus berbuat apa. Cepatlah datang kemari."

Perjalanan mobil 10 menit ke rumah orangtuaku diiringi oleh rasa takut, bertanya-tanya apa yang terjadi pada ibuku. Saat aku tiba, Ayah sedang mondar-mandir di dapur sementara Ibu berbaring di tempat tidur. Matanya terpejam dan tangannya berada di atas perut. Aku memanggilnya, mencoba menjaga agar suaraku setenang mungkin.

"Bu, aku sudah datang."

"Mary?"

"Iya, Bu."

"Mary, kaukah itu?"

"Iya, Bu, ini aku."

Aku tak siap untuk pertanyaan berikutnya, dan saat aku mendengarnya, aku membeku, tak tahu harus berkata apa.

"Mary, apakah Ibu akan mati?"

Air mata menggenang dalam diriku saat aku memandang ibuku tercinta terbaring di situ tak berdaya. Pikiranku melayang, sampai pertanyaan itu terlintas dalam benakku: 'Jika keadaannya terbalik, apa yang akan dikatakan Ibu padaku?'

Aku berdiam sejenak yang terasa seperti jutaan tahun, menunggu kata-kata itu tiba di bibirku.

"Bu, aku tak tahu apakah Ibu akan mati, tapi kalau memang perlu, tak apa-apa. Aku menyayangimu."

Ia berseru, "Mary, rasanya sakit sekali."

Lagi-lagi, aku bingung hendak berkata apa. Aku duduk di sampingnya di tempat tidur, meraih tangannya dan mendengar diriku berkata,

"Bu, kalau
ibu sakit, remaslah tanganku, nanti akan kukatakan, aku sayang padamu."

Ia
meremas tanganku. "Bu, aku sayang padamu."

Banyak remasan tangan dan kata "aku sayang padamu" yang terlontar antara aku dan ibuku selama dua tahun berikutnya, sampai ia meninggal akibat kanker indung telur.

Kita tak pernah tahu kapan ajal kita tiba, tapi aku tahu bahwa pada saat itu, bersama siapa pun, aku akan menawarkan ritual kasih ibuku yang manis setiap kali, "Kalau sakit, remaslah tanganku, dan akan kukatakan, aku sayang padamu." Salah satu cara untuk mengungkapkan rasa kasih sayang pada orang yang anda cintai adalah dengan memegang dan meremas tangannya dengan lembut.

Tindakan itu kadangkala mengandung makna dan arti yang teramat dalam yang hanya dapat dipahami antara anda dan orang yang anda cintai.............

Kesetiaan


Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah senja
bahkan sudah mendekati malam, pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit, istrinya juga sudah tua. Mereka menikah sudah lebih 32 tahun.

Mereka dikarunia 4 orang anak, disinilah awal cobaan menerpa, setelah istrinya melahirkan anak ke empat tiba2 kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang, lidahnya pun sudah tidak bisa digerakkan lagi.

Setiap hari pak Suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat istrinya ke atas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja, dia letakkan istrinya di depan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum, untunglah tempat usaha pak Suyatno tidak begitu jauh dari rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. Sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa2 saja yg dia alami seharian.

Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi, pak Suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur.

Rutinitas ini dilakukan pak Suyatno lebih kurang 25 tahun, dengan sabar dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke empat buah hati mereka, sekarang anak2 mereka sudah dewasa tinggal si bungsu yg masih kuliah.

Pada suatu hari ke empat anak Suyatno berkumpul di rumah orang tua mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak mereka menikah, sudah tinggal dengan keluarga masing-masing dan pak Suyatno memutuskan ibu mereka dia yg merawat, yang dia inginkan hanya satu, semua anaknya berhasil. Dengan kalimat yg cukup hati2 anak yg sulung berkata,

"Pak kami ingin
sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikit pun keluhan keluar dari bibir bapak bahkan bapak
tidak ijinkan kami menjaga ibu" .

Dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata2nya

"sudah yg
keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji kami akan merawat ibu sebaik-baiknya secara bergantian".

Pak suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak2 mereka.

"
Anak2ku.. Jikalau perkawinan & hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah..... .Tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian.. sejenak kerongkongannya tersekat,... kalian yg selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta yg tidak satupun dapat menghargai dengan apapun. coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti Ini? kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang? kalian menginginkan bapak yg masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yg masih sakit."

Sejenak meledaklah tangis anak2 pak Suyatno
mereka pun melihat butiran2 kecil jatuh dipelupuk mata ibu Suyatno..dengan pilu ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya itu..

Sampailah akhirnya pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan mereka pun mengajukan pertanyaan kepada pak Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat istrinya yg sudah tidak bisa apa2. Di saat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yg hadir di studio kebanyakan kaum perempuan pun tidak sanggup menahan haru ,di situlah pak Suyatno bercerita.

"Jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi ( memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian ) adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat dia pun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 orang anak yg lucu2.. Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama.. dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya, apalagi dia sakit.."

4 Suami / Istri Dalam Hidup


Anda ingin beristeri lebih dari seorang? Atau jika anda wanita anda ingin bersuamikan lebih dari satu? tak mungkin kan?.


Kita semua sudahpun mempunyai 4 isteri/suami.

Begini..................


Suatu ketika dahulu, ada seorang pedagang kaya yang mempunyai 4 isteri.

Dia mencintai isteri ke-4 dan menganugerahinya harta dan kesenangan, sebab ia yang tercantik di antara semua isterinya.

Pria ini juga mencintai isterinya yang ke-3. ia sangat bangga dengan sang isteri dan selalu berusaha untuk memperkenalkan wanita cantik ini kepada semua temannya. Namun ia juga selalu khawatir takut isterinya ini lari dengan pria lain.

Begitu juga dengan isteri ke-2. Sang pedagang sangat menyukainya karena ia isteri yang sabar dan penuh pengertian. Ketika pedagang mendapat masalah, ia selalu minta pertimbangan isteri ke-2-nya ini, yang selalu menolong dan mendampingi sang suami melewati masa-masa sukarnya.

Sama halnya dengan isteri pertama. Ia adalah pasangan yang sangat setia dan selalu membawa kebaikan bagi kehidupan keluarganya. Wanita ini yang merawat dan mengatur semua kekayaan dan bisnis sang suami. Akan tetapi, sang pedagang kurang mencintainya meski isteri pertama ini begitu sayang kepadanya.

Suatu hari si pedagang sakit dan menyedari bahwa ia akan meninggal dunia.

Ia meresapi semua kehidupan indahnya dan berkata dalam hati,

"Ketika ini aku punya 4 isteri. Namun ketika aku meninggal, aku akan sendiri. Betapa menyedihkan."


Lalu pedagang itu memanggil semua isterinya dan bertanya pada isteri ke-4-nya.

"Engkaulah yang paling kucintai, kuberikan kau gaun dan perhiasan indah. Nah, sekarang aku akan mati. Maukah kamu mendampingi dan menemaniku?"


Ia terdiam....

"tentu saja tidak!" Jawab isteri ke-4 dan pergi begitu saja tanpa berkata apa2 lagi.


Jawaban ini sangat menyakitkan hati. Seakan-akan ada pisau terhunus dan mengiris-iris hatinya. Pedagang itu sedih lalu bertanya pada isteri ke-3.

"Aku pun mencintaimu sepenuh hati dan saat ini hidupku akan berakhir. Maukah kau ikut denganku dan menemani akhir hayatku?"

Isterinya menjawab, "hidup begitu indah di sini, Aku akan menikah lagi jika kau mati".

Bagai disambar petir di siang bolong, sang pedagang sangat terpukul dengan jawaban tsb. Badannya terasa demam. Kemudian ia memanggil isteri ke-2.

"Aku selalu berpaling kepadamu setiap kali aku mendapat masalah dan kau selalu membantuku sepenuh hati. Kini aku memerlukan sekali bantuanmu. Kalau aku mati, maukah engkau mendampingiku?"

Jawab sang isteri,

"Maafkan aku kali ini aku tak dapat menolongmu. Aku hanya dapat menghantarmu hingga ke liang kubur. Nanti akan kubuatkan makam yang indah untukmu."


Pedagang ini merasa putus asa. Dalam keadaan kecewa itu, tiba-tiba terdengar suara,

"Aku akan tinggal bersamamu dan menemanimu kemana pun kau pergi. Aku tak akan meninggalkanmu, aku akan setia bersamamu."


Pria itu lalu menoleh ke samping, dan mendapati isteri pertamanya di sana. Ia tampak begitu kurus. Badannya seperti orang kelaparan. Merasa menyesal, sang pedagang lalu bergumam,

"Kalau saja aku dapat merawatmu lebih baik saat aku mampu, tak akan kubiarkan engkau kurus seperti ini, isteriku."


***

HIDUP KITA DIWARNAI 4 ISTERI

Sesungguhnya, kita punya 4 isteri dalam hidup ini.

Isteri ke-4 adalah TUBUH kita.

Seberapa banyak waktu dan biaya yang kita keluarkan untuk tubuh kita supaya tampak indah dan gagah. Semua ini akan hilang dalam suatu batas waktu dan ruang. Tak ada keindahan dan kegagahan yang tersisa saat kita menghadap kepada-Nya.

Isteri ke-3, STATUS SOSIAL DAN KEKAYAAN.

Saat kita meninggal, semuanya akan pergi kepada yang lain. Mereka akan berpindah danmelupakan kita yang pernah memilikinya. Sebesar apapun kedudukan kita dalam masyarakat dan sebanyak apapun harta kita, semua itu akan berpindah tangan dalam waktu sekejap ketika kita tiada.

Sedangkan isteri ke-2, yakni KERABAT DAN TEMAN.

Seberapa pun dekat hubungan kita dengan mereka, kita tak akan dapat terus bersama mereka. Hanya sampai liang kuburlah mereka menemani kita.

Dan sesungguhnya isteri pertama kita adalah JIWA DAN AMAL KITA.

Sebenarnya hanya jiwa dan amal kita sajalah yang mampu untuk terus setia mendampingi kemana pun kita melangkah. Hanya amal-lah yang mampu menolong kita di akhirat kelak.

Jadi, selagi mampu, perlakukanlah jiwa kita dengan bijak serta jangan dan leka malu untuk berbuat amal, memberikan pertolongan kepada sesama yang memerlukan. Betapa pun kecilnya bantuan kita, pemberian kita menjadi sangat bererti bagi mereka yang memerlukannya.

Mari kita belajar memperlakukan jiwa dan amal kita dengan bijak.

Si Ceria dan Si Murung


Ada dua anak bernama Si Ceria dan Si Murung. Seperti namanya Ceria mempunyai sifat periang, selalu gembira dan tersenyum. Sebaliknya Murung mempunyai perangai yang cemberut, selalu sedih, dan jarang tersenyum.


Suatu ketika orang tua mereka berpikiran untuk membuat Si Murung tersenyum gembira dan membuat Si Ceria menjadi sedih cemberut dan sedih. Mereka lalu berpikir untuk memberikan sesuatu yang menjadi kesukaan masing-masing anak.

Si Murung menginginkan telepon genggam. Selama ini jika pergi dengan teman- temannya sering kali ia meminjam telepon genggam milik temannya. Orang tuanya membelikan sebuah telepon genggam terbaru supaya dia menjadi senang dan gembira.

Sewaktu Murung pergi sekolah, telepon genggam itu dibungkus oleh orang tuanya dengan kertas kado yang bagus dan diletakkan di kamarnya. Sepulang sekolah, Murung segera masuk ke kamar dan melihat ada kado di sana.
Cepat-cepat ia membuka kado itu dan ia terkejut sekali ketika mendapatkan di dalamnya berisi telepon genggam. Wajahnya tersenyum, tapi tidak lama.
Kemudian ia murung lagi karena ia takut kalau-kalau teman-temannya akan meminjam telepon genggamnya lalu menjadi rusak. Di benaknya selalu muncul pikiran yang negatif, sehingga kado itu menjadi beban baginya. Yang keluar dari mulutnya adalah omelan dan keluhan, bukannya ucapan terima kasih kepada orang tuanya.

Di pihak lain, si Ceria senang sekali dengan kuda. Orang tuanya membungkus kotoran kuda dan diletakkan dalam kamar agar ia menjadi sedih dan murung. Sewaktu Ceria pulang ia juga terkejut melihat ada kado di kamarnya. Dengan sergap ia membuka pula kado itu. Betapa terkejutnya ia, ternyata yang didapatkan adalah kotoran kuda berbau busuk. Mukanya kebingungan sejenak.Tetapi ia segera berpikir, "Ah masa orang tuaku yang begitu mencintaiku memberi aku kotoran kuda, pasti ada sesuatu di balik hadiah ini."

Kemudian ia lari kepada orang tuanya dan mencium mereka. Orang tuanya sangat bingung dan terkejut kemudian bertanya, "Lho kamu itu diberi kotoran kuda kok senang sih?". Lalu Ceria menjawab, "Papa, Mama, saya tahu kalian sangat mencintai saya, jadi tidak mungkin memberi kotoran kuda kepada saya, pasti kotoran kuda itu adalah sebuah tanda. Kalau ada kotoran kuda, berarti ada kudanya. Saya tahu bahwa kalian akan membelikan kuda pony buat saya"

***

Orang yang hidupnya merasa sangat dicintai akan selalu berpikir bahwa ia selalu akan menerima yang terbaik dalam hidupnya, walaupun dalam penderitaan. Sebaliknya orang yang pesimis merasa hidup ini menjadi beban penderitaan yang sangat panjang, sehingga ia selalu gelisah, takut, dan khawatir.

Gendonglah Aku, Sebelum Kau Menceraikanku


Pada hari pernikahanku,aku membopong istriku. Mobil pengantin berhenti didepan flat kami yang cuma berkamar satu. Sahabat-sahabatku menyuruhku untuk membopongnya begitu keluar dari mobil. Jadi kubopong ia memasuki rumah kami.


Ia kelihatan malu-malu. Aku adalah seorang pengantin pria yang sangat bahagia. Ini adalah kejadian 10 tahun yang lalu.

Hari-hari selanjutnya berlalu demikian simpel seperti secangkir air bening. Kami mempunyai seorang anak, saya terjun ke dunia usaha dan berusaha untuk menghasilkan banyak uang. Begitu kemakmuran meningkat, jalinan kasih diantara kami pun semakin surut. Ia adalah pegawai sipil. Setiap pagi kami berangkat kerja bersama-sama dan sampai dirumah juga pada waktu yang bersamaan.


Anak kami sedang belajar di luar negeri. Perkawinan kami kelihatan bahagia. Tapi ketenangan hidup berubah dipengaruhi oleh perubahan yang tidak kusangka-sangka. Dew hadir dalam kehidupanku. Waktu itu adalah hari yang cerah. Aku berdiri di balkon dengan Dew yang sedang merangkulku. Hatiku sekali lagi terbenam dalam aliran cintanya.

Ini adalah apartment yang kubelikan untuknya. Dew berkata ,

"Kamu adalah jenis pria terbaik yang menarik para gadis."

Kata-katanya tiba-tiba mengingatkanku pada istriku. Ketika kami baru menikah,istriku pernah berkata,

"Pria sepertimu,begitu sukses, akan menjadi sangat menarik bagi para gadis."

Berpikir tentang ini, Aku menjadi ragu-ragu. Aku tahu kalo aku telah mengkhianati istriku. Tapi aku tidak sanggup menghentikannya. Aku melepaskan tangan Dew dan berkata,

"Kamu harus pergi membeli beberapa perabot, O.K.?.Aku ada sedikit urusan dikantor"


Kelihatan ia jadi tidak senang karena aku telah berjanji menemaninya. Pada saat tersebut, ide perceraian menjadi semakin jelas dipikiranku walaupun kelihatan tidak mungkin. Bagaimanapun,aku merasa sangat sulit untuk membicarakan hal ini pada istriku. Walau bagaimanapun ku jelaskan, ia pasti akan sangat terluka.

Sejujurnya,ia adalah seorang
istri yang baik. Setiap malam ia sibuk menyiapkan makan malam. Aku duduk santai didepan TV. Makan malam segera tersedia. Lalu kami akan menonton TV sama-sama. Atau aku akan menghidupkan komputer, membayangkan tubuh Dew. Ini adalah hiburan bagiku.

Suatu hari aku berbicara dalam guyon,

"Seandainya kita bercerai, apa
yang akan kau lakukan?"

Ia menatap padaku selama beberapa detik tanpa
bersuara. Kenyataannya ia percaya bahwa perceraian adalah sesuatu yang sangat jauh dari ia. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana ia akan menghadapi kenyataan jika tahu bahwa aku serius. Ketika istriku mengunjungi kantorku, Dew baru saja keluar dari ruanganku. Hampir seluruh staff menatap istriku dengan mata penuh simpati dan berusaha untuk menyembunyikan segala sesuatu selama berbicara dengan ia. Ia kelihatan sedikit kecurigaan. Ia berusaha tersenyum pada bawahan-bawahanku. Tapi aku membaca ada kelukaan di matanya. Sekali lagi, Dew berkata padaku,

"Ceraikan ia, O.K.? Lalu kita akan hidup bersama."

Aku mengangguk. Aku tahu aku tidak boleh ragu-ragu lagi.


Ketika malam itu istriku menyiapkan makan malam, ku pegang tangannya,

"Ada sesuatu yang harus kukatakan"

Ia duduk diam dan makan tanpa bersuara. Sekali lagi aku melihat ada luka dimatanya. Tiba-tiba aku tidak tahu harus berkata
apa. Tapi ia tahu kalo aku terus berpikir.

"Aku ingin bercerai",

ku ungkapkan topik ini dengan serius tapi tenang. Ia seperti tidak terpengaruh oleh kata-kataku, tapi ia
bertanya secara lembut,

"kenapa?"

"Aku serius."

Aku menghindari pertanyaannya. Jawaban ini membuat ia sangat marah. Ia melemparkan sumpit dan berteriak kepadaku,

"Kamu bukan laki-laki!".


Pada malam itu, kami sekali saling membisu. Ia sedang menangis. Aku tahu kalau ia ingin tahu apa yang telah terjadi dengan perkawinan kami. Tapi aku tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan sebab hatiku telah dibawa pergi oleh Dew.

Dengan perasaan yang amat bersalah, Aku menuliskan surai perceraian dimana istriku memperoleh rumah, mobil dan 30% saham dari perusahaanku. Ia memandangnya sekilas dan mengoyaknya jadi beberapa bagian. Aku merasakan sakit dalam hati. Wanita yang telah 10 tahun hidup bersamaku sekarang menjadi seorang yang asing dalam hidupku. Tapi aku tidak bisa mengembalikan apa yang telah kuucapkan.

Akhirnya ia menangis dengan keras didepanku, dimana hal tersebut tidak pernah kulihat sebelumnya. Bagiku, tangisannya merupakan suatu pembebasan untukku. Ide perceraian telah menghantuiku dalam beberapa minggu ini dan sekarang sungguh-sungguh telah terjadi.

Pada larut malam, aku kembali ke rumah setelah menemui klienku. Aku melihat ia sedang menulis sesuatu. Karena capek aku segera ketiduran. Ketika aku terbangun tengah malam aku melihat ia masih menulis. Aku tertidur kembali. Ia menuliskan syarat-syarat dari perceraiannya. Ia tidak menginginkan apapun dariku, tapi aku harus memberikan waktu sebulan sebelum menceraikannya, dan dalam waktu sebulan itu kami harus hidup bersama seperti biasanya.

Alasannya sangat sederhana: Anak kami akan segera menyelesaikan pendidikannya dan liburannya adalah sebulan lagi dan ia tidak ingin anak kami melihat kehancuran rumah tangga kami. Ia menyerahkan persyaratan tersebut dan bertanya,

"Apakah kamu masih ingat bagaimana aku memasuki rumah kita ketika pada hari pernikahan kita?"


Pertanyaan ini tiba-tiba mengembalikan beberapa kenangan indah kepadaku. Aku mengangguk dan mengiyakan.

"Kamu membopongku dilenganmu", katanya,

"Jadi aku punya sebuah permintaan, yaitu kamu akan tetap membopongku pada waktu perceraian kita. Dari sekarang sampai akhir bulan ini, setiap pagi kamu harus membopongku keluar dari kamar tidur ke pintu."

Aku menerima dengan senyum. Aku tahu ia merindukan beberapa kenangan indah yang telah berlalu dan berharap perkawinannya diakhiri dengan suasana romantis. Aku memberitahukan Dew soal syarat-syarat perceraian dari istriku. Ia tertawa keras dan berpikir itu tidak ada gunanya.

"Bagaimanapun trik yang ia lakukan, ia harus menghadapi hasil dari perceraian ini," ia mencemooh. Kata-katanya membuatku merasa tidak enak.


Istriku dan aku tidak mengadakan kontak badan lagi sejak kukatakan perceraian itu. Kami saling menganggap orang asing. Jadi ketika aku membopongnya dihari pertama, kami kelihatan salah tingkah. Anak kami menepuk punggung kami,

"Wah, papa membopong mama, mesra sekali"

Kata-katanya membuatku merasa sakit.. Dari kamar tidur ke ruang duduk, lalu ke pintu, aku berjalan 10 meter dengan ia dalam lenganku. Ia memejamkan mata dan berkata dengan lembut,

"Mari kita mulai hari ini, jangan memberitahukan pada anak kita."


Aku mengangguk, merasa sedikit bimbang. Aku melepaskan ia di pintu. Ia pergi menunggu bus, dan aku pergi ke kantor. Pada hari kedua, bagi kami terasa lebih mudah. Ia merebah di dadaku, kami begitu dekat sampai-sampai aku bisa mencium wangi dibajunya. Aku menyadari bahwa aku telah sangat lama tidak melihat dengan mesra wanita ini. Aku melihat bahwa ia tidak muda lagi, beberapa kerut tampak di wajahnya. Pada hari ketiga, ia berbisik padaku, "Kebun diluar sedang dibongkar, hati-hati kalau kamu lewat sana.

Hari keempat, ketika aku membangunkannya, aku merasa kalau kami masih mesra seperti sepasang suami istri dan aku masih membopong kekasihku dilenganku. Bayangan Dew menjadi samar. Pada hari kelima dan enam, ia masih mengingatkan aku beberapa hal, seperti, dimana ia telah menyimpan baju-bajuku yang telah ia setrika, aku harus hati-hati saat memasak, dll. Aku mengangguk. Perasaan kedekatan terasa semakin erat. Aku tidak memberitahu Dew tentang ini.


Aku merasa begitu ringan membopongnya. Berharap setiap hari pergi ke kantor bisa membuatku semakin kuat. Aku berkata padanya,

"Kelihatannya tidaklah sulit membopongmu sekarang"

Ia sedang mencoba pakaiannya, aku sedang menunggu untuk membopongnya keluar. Ia berusaha mencoba beberapa tapi tidak bisa menemukan yang cocok. Lalu ia melihat,

"Semua pakaianku kebesaran". Aku tersenyum.

Tapi tiba-tiba aku menyadarinya sebab ia semakin kurus itu sebabnya aku bisa membopongnya dengan ringan bukan disebabkan aku semakin kuat. Aku tahu ia mengubur semua kesedihannya dalam hati. Sekali lagi, aku merasakan perasaan sakit Tanpa sadar ku sentuh kepalanya. Anak kami masuk pada saat tersebut.

"Pa, sudah waktunya membopong mama keluar"


Baginya,melihat papanya sedang membopong mamanya keluar menjadi bagian yang penting. Ia memberikan isyarat agar anak kami mendekatinya dan merangkulnya dengan erat. Aku membalikkan wajah sebab aku takut aku akan berubah pikiran pada detik terakhir. Aku menyanggah ia dilenganku, berjalan dari kamar tidur, melewati ruang duduk ke teras. Tangannya memegangku secara lembut dan alami. Aku menyanggah badannya dengan kuat seperti kami kembali ke hari pernikahan kami. Tapi ia kelihatan agak pucat dan kurus, membuatku sedih.

Pada hari terakhir,ketika aku membopongnya
dilenganku, aku melangkah dengan berat. Anak kami telah kembali ke sekolah. Ia berkata,

"Sesungguhnya aku berharap kamu akan membopongku sampai kita tua".

Aku memeluknya dengan kuat dan berkata

"Antara kita saling tidak menyadari bahwa kehidupan kita begitu mesra".

Aku melompat turun dari mobil tanpa sempat menguncinya. Aku takut keterlambatan akan membuat pikiranku berubah. Aku menaiki tangga. Dew membuka pintu. Aku berkata padanya,

"Maaf Dew, Aku tidak ingin bercerai. Aku serius". Ia melihat kepadaku, kaget. Ia menyentuh dahiku.

"Kamu tidak demam".


Kutepiskan tanganya dari dahiku

"Maaf, Dew, Aku cuma bisa bilang maaf padamu, Aku tidak ingin bercerai. Kehidupan rumah tanggaku membosankan disebabkan ia dan aku tidak bisa merasakan nilai-nilai dari kehidupan, bukan disebabkan kami tidak saling mencintai lagi. Sekarang aku mengerti sejak aku membopongnya masuk ke rumahku, ia telah melahirkan anakku. Aku akan menjaganya sampai tua. Jadi aku minta maaf padamu"


Dew tiba-tiba seperti tersadar. Ia memberikan tamparan keras kepadaku dan menutup pintu dengan kencang dan tangisannya meledak. Aku menuruni tangga dan pergi ke kantor. Dalam perjalanan aku melewati sebuah toko bunga, ku pesan sebuah buket bunga kesayangan istriku. Penjual bertanya apa yang mesti ia tulis dalam kartu ucapan? Aku tersenyum, dan menulis

"Aku akan membopongmu setiap pagi sampai kita tua.."